Revolusi
Industri
Pertama, kita lihat dulu definisi dari revolusi
industri itu sendiri. Revolusi industri secara simpel artinya adalah perubahan
besar dan radikal terhadap cara manusia memproduksi barang. Perubahan besar ini
tercatat sudah terjadi tiga kali, dan saat ini kita sedang mengalami revolusi
industri yang keempat. Setiap perubahan besar ini selalu diikuti oleh perubahan
besar dalam bidang ekonomi, politik, bahkan militer dan budaya. Sudah pasti ada
jutaan pekerjaan lama menghilang, dan jutaan pekerjaan baru yang muncul.
Lebih detilnya kita harus lihat di setiap revolusi
industri, tapi kasarnya adalah, beberapa hal yang semula begitu sulit, begitu
lama, begitu mahal dalam proses produksi mendadak jadi mudah, cepat, dan murah.
Ingat, Ekonomi membicarakan macam-macam upaya manusia menghadapi kelangkaan.
Revolusi industri menurunkan, malah terkadang MENGHILANGKAN beberapa kelangkaan
tersebut, sehingga waktu, tenaga, dan uang yang semula digunakan untuk
mengatasi kelangkaan-kelangkaan tersebut mendadak jadi bebas, jadi bisa
digunakan untuk hal lain, untuk mengatasi kelangkaan yang lain.
Hilangnya atau berkurangnya sebuah kelangkaan otomatis
mengubah banyak aspek dalam kehidupan bermasyarakat. Apalagi kalau ternyata
beberapa kelangkaan menghilang! Nah, kita lihat satu persatu, sesuai urutannya.
Revolusi
Industri 1.0
Revolusi industri pertama adalah yang paling sering
dibicarakan, yaitu proses yang dimulai dengan ditemukannya lalu digunakannya
mesin uap dalam proses produksi barang. Penemuan ini penting sekali, karena sebelum
adanya mesin uap, kita cuma bisa mengandalkan tenaga otot, tenaga air, dan
tenaga angin untuk menggerakkan apapun. Masalahnya, tenaga otot amat terbatas.
Misalnya, manusia, kuda, sapi dan tenaga-tenaga otot lainnya tidak mungkin bisa
mengangkat barang yang amat berat, bahkan dengan bantuan katrol sekalipun.
Butuh istirahat secara berkala untuk memulihkan tenaga tersebut, sehingga
proses produksi kalau mau berjalan 24 jam sehari membutuhkan tenaga.Selain
dengan otot, tenaga lain yang sering digunakan adalah tenaga air dan tenaga
angin. Biasanya ini digunakan di penggilingan. Untuk memutar penggilingan yang
begitu berat, seringkali manusia menggunakan kincir air atau kincir angin.
Masalah utama dari dua tenaga ini adalah, kita tak bisa menggunakannya di mana
saja. Kita cuma bisa menggunakannya di dekat air terjun dan di daerah yang
berangin.
Untuk tenaga angin, masalah tambahan adalah tenaga
angin tak bisa diandalkan 24 jam sehari. Ada kalanya benar-benar tak ada angin
yang bisa digunakan untuk memutar kincir! Masalah ini juga muncul ketika tenaga
angin menjadi andalan transportasi internasional, yaitu transportasi laut.
Sebagai gambaran, di era VOC, butuh waktu sekitar 6 bulan untuk kapal dari
Belanda untuk mencapai Indonesia, lalu 6 bulan lagi untuk berlayar dari
Indonesia ke Belanda. Artinya, kalau mau berlayar bolak balik
Batavia-Amsterdam-Batavia, butuh waktu setahun! Maklum, terkadang ada kalanya
benar-benar tak ada angin di laut, terkadang ada angin tetapi berlawanan dengan
arah yang diinginkan. Kini tak ada lagi batasan waktu untuk menggerakkan mesin.
Asal dipasang mesin uap rancangan James Watt ini, sebuah penggilingan bisa
didirikan di mana saja, tak perlu dekat air terjun atau daerah berangin. Sebuah
kapal jadi bisa berlayar 24 jam, selama mesin uapnya dipasok dengan kayu atau
batu bara. Waktu perjalanan dari Belanda ke Indonesia terpangkas jauh,
hitungannya bukan setahun lagi, tapi jadi cuma sekitar 2 bulan. Ini yang jarang
dibahas di buku-buku sejarah: revolusi industri memungkinkan bangsa Eropa
mengirim kapal perang mereka ke seluruh penjuru dunia dalam waktu jauh lebih
singkat. Tidak ada lagi cerita tentara-tentara Eropa kelelahan saat menyerang
benteng milik Kerajaan Asia. Semua daerah yang bisa terjangkau oleh kapal laut,
sudah pasti terjangkau oleh kekuatan imperialis Eropa. Negara-negara Imperialis
di Eropa ini rame–rame ngegas menjajah kerajaan-kerajaan di Afrika dan Asia.
Ingat, di akhir 1800an inilah Belanda akhirnya menaklukkan daerah-daerah
terakhir di Indonesia seperti Aceh dan Bali, yang belum ditaklukkan.
Jadi, karena kini tenaga mesin tidak dibatasi oleh
otot, angin, dan air terjun, terjadilah penghematan biaya dalam jumlah luar
biasa di bidang produksi, transportasi, bahkan militer. Barang-barang yang
diproduksi menjadi jauh lebih banyak, lebih murah, dan lebih mudah didapat.
Uang yang semula dipakai untuk memproduksi dan membeli barang-barang mahal
tersebut kini bisa dipakai untuk hal lain, sehingga barang-barang yang tak
diproduksi menggunakan mesin uap pun menjadi jauh lebih laku. Revolusi industri
ini juga mengubah masyarakat dunia, dari masyarakat agraris di mana mayoritas
masyarakat bekerja sebagai petani, menjadi masyarakat industri. Intinya,
kelangkaan TENAGA yang semula mendominasi kesukaran manusia dalam berlayar,
dalam memproduksi, mendadak lenyap. Tenaga tidak lagi dipasok cuma oleh otot,
angin, dan air terjun, tapi juga oleh mesin uap yang jauh lebih kuat, lebih
fleksibel, dan lebih awet.Terakhir, kelangkaan yang dikurangi adalah kelangkaan
tenaga kerja. Semula begitu banyak manusia dibutuhkan untuk menjalankan
mesin-mesin produksi. Kini mendadak semua tenaga itu digantikan mesin uap.
Artinya, mendadak semua tenaga manusia tersebut jadi bebas, mereka bisa
dipekerjakan di bidang lain.
Perubahan-perubahan ini amat penting sebab perubahan ini
berarti menghilangkan keistimewaan para bangsawan. Berkat mesin uap, produksi
kini bisa berlangsung di mana saja. Berkat mesin uap, produksi besar-besaran
bukan cuma monopoli para tuan tanah yang memiliki ladang/sawah
berhektar-hektar. Kini orang-orang kaya yang memiliki mesin-mesin uap bisa
memproduksi barang padahal tanah mereka tak seberapa dibanding tanahnya para
bangsawan ini. Kini orang-orang bisa memproduksi tanpa memiliki tanah
pertanian. Kini oran-orang-orang bisa jadi kaya tanpa … gelar bangsawan, karena
sebelumnya cuma para bangsawan yang bisa memiliki faktor produksi (tanah) dalam
jumlah besar. Dominasi kaum bangsawan yang berlangsung atas kaum non-bangsawan
selama ribuan tahun terpatahkan sudah.Namun, dampak negatif revolusi industri
ini, selain pencemaran lingkungan akibat asap mesin uap dan limbah-limbah
pabrik lainnya yang sudah kalian pelajari di buku teks sekolah kalian, adalah
penjajahan di seluruh dunia. Tanpa mesin uap, Imperialis Eropa takkan bisa
menaklukkan Asia dan Afrika secepat dan semudah ini. Nah, daripada lama-lama di
revolusi industri yang sudah biasa dipelajari di sekolah, kita langsung ke
revolusi industri kedua, yang jarang banget dibahas di sekolah.
Revolusi
Industri 2.0
Revolusi industri pertama memang penting dan mengubah
banyak hal. Namun, yang tak banyak dipelajari adalah revolusi industri kedua
yang terjadi di awal abad ke-20. Saat itu, produksi memang sudah menggunakan
mesin. Tenaga otot sudah digantikan oleh mesin uap, dan kini tenaga uap mulai
digantikan dengan tenaga listrik. Namun, proses produksi di pabrik masih jauh
dari proses produksi di pabrik modern dalam satu hal: transportasi.
Pengangkutan produk di dalam pabrik masih berat, sehingga macam-macam barang
besar, seperti mobil, harus diproduksi dengan cara dirakit di satu tempat yang
sama.Di akhir 1800-an, mobil mulai diproduksi secara massal. Namun, di pabrik
mobil, setiap mobil dirakit dari awal hingga akhir di titik yang sama. Semua
komponen mobil harus dibawa ke si tukang-perakit. Seorang tukang-perakit
memroses barang tersebut dari nol hingga produk jadi. Perhatikan foto di atas,
yang merupakan foto sebuah pabrik mobil sebelum industri 2.0. Setiap mobil akan
dirakit oleh seorang tukang yang “Generalis” yang memproses mobil tersebut dari
awal hingga selesai, dari merakit ban, pintu, setir, lampu, dst., sampai
lengkap.
Namun, proses produksi ini memiliki kelemahan besar:
perakitan dilakukan secara PARALEL. Artinya, untuk merakit banyak mobil, proses
perakitan harus dilakukan oleh buaanyak tukang secara bersamaan! Artinya setiap
tukang harus diajari banyak hal: memasang ban, memasang setir, dll. Seandainya
ada masalah dalam proses perakitan, mobil yang belum jadi harus “Digeser” dan
si tukang harus meminta mobil baru sehingga proses produksi mobil bisa berjalan
terus. Butuh waktu untuk memindahkan mobil bermasalah ini. Butuh waktu
mendapatkan mobil baru, dan proses perakitan harus mulai dari 0 lagi. Karena
itu, proses perakitan mobil seperti ini terasa lambat.Ketika perusahaan mobil
Ford di Amerika Serikat meluncurkan mobil murah pertama di dunia, “Ford Model
T” yang tersohor, mereka kebanjiran pesanan. Mereka tak bisa memenuhi target
produksi mereka. Maklum, butuh waktu sekitar 12 jam 30 menit buat seorang
tukang untuk merakit Ford Model T! Di tahun 1912, Ford cuma bisa memproduksi
68.773 mobil dalam setahun. Artinya, sistem “Satu perakit, satu mobil” tak bisa
dipertahankan. Sistem produksi harus direvolusi.
Revolusi terjadi dengan menciptakan “Lini Produksi”
atau Assembly Line yang menggunakan “Ban Berjalan” atau conveyor belt di tahun
1913. Proses produksi berubah total. Tidak ada lagi satu tukang yang
menyelesaikan satu mobil dari awal hingga akhir, para tukang diorganisir untuk
menjadi spesialis, cuma mengurus satu bagian saja, memasang ban misalnya.
Produksi Ford Model T dipecah menjadi 45 pos, mobil-mobil tersebut kini
dipindahkan ke setiap pos dengan conveyor belt, lalu dirakit secara SERIAL.
Misalnya, setelah dipasang ban dan lampunya, barulah dipasang mesinnya seperti
gambar di bawah. Semua ini dilakukan biasanya dengan bantuan alat-alat yang
menggunakan tenaga listrik, yang jauh lebih mudah dan murah daripada tenaga
uap.Penggunaan tenaga listrik, ban berjalan, dan lini produksi ini menurunkan
waktu produksi secara drastis, kini sebuah Ford Model T bisa dirakit cuma dalam
95 menit! Akibatnya, produksi Ford Model T melonjak, dari 68 ribuan mobil di
tahun 1912, menjadi 170 ribuan mobil di tahun 1913, 200 ribuan mobil di tahun
1914, dan tumbuh terus sampai akhirnya menembus 1 juta mobil per ahunnya di
tahun 1922, dan nyaris mencapai 2 juta mobil di puncak produksinya, di tahun
1925. Totalnya, hampir 15 juta Ford Model T diproduksi sejak 1908 sampai akhir
masa produksinya di tahun 1927.Produksi mobil murah secara besar-besaran ini
mengubah bukan cuma industri mobil Amerika, bukan cuma industri mobil dunia,
tapi juga budaya seluruh dunia.
Produksi mobil murah secara massal seperti itu berarti
membuat mobil menjadi barang terjangkau. Sejak Model T diproduksi massal, bukan
cuma orang kaya yang membeli dan menggunakan mobil, kelas menengah bisa
membelinya, bahkan kelas miskin bisa menyicilnya atau meminjamnya. Mendadak,
ratusan ribu, bahkan jutaan orang jadi punya mobil. Mendadak, transportasi dari
rumah ke tempat kerja jadi jauh lebih mudah, tidak tergantung jarak, tidak
tergantung jadwal transportasi umum. Ini menyebabkan munculnya daerah yang
disebut “Suburb” atau “Pinggiran” yaitu perumahan yang muncul di pinggir kota,
bukannya di pusat kota. Mendadak, jutaan orang ini butuh garasi, tempat parkir,
bengkel ganti oli, bengkel ganti ban, tukang cuci mobil, dan 1001 hal lain yang
tidak terpikir sebelumnya.Itu baru mobil. Produksi menggunakan conveyor belt
ini juga menurunkan waktu dan biaya produksi di banyak bidang lainnya. Artinya,
bertambahnya waktu, menyebabkan berkurangnya kelangkaan waktu. Selain itu,
conveyor belt juga digunakan untuk mengangkut barang tambang dari tambang ke
kapal lalu dari kapal ke pabrik. Sekali lagi, menghemat waktu dan tenaga. Masih
belum cukup, penggunaan conveyor belt dan lini produksi juga menghemat luas
lahan yang diperlukan pabrik. Artinya, kelangkaan lahan perkotaan untuk
produksi juga berhasil dikurangi.
Revolusi industri kedua ini juga berdampak pada
kondisi militer di Perang Dunia 2. Meski bisa dikatakan bahwa revolusi industri
2.0 sudah terjadi di Perang Dunia 1, di Perang Dunia 2-lah efeknya benar-benar
terasa. Ribuan tank, pesawat, dan senjata-senjata tercipta dari pabrik-pabrik
yang menggunakan lini produksi dan ban berjalan. Ini semua terjadi karena
adanya produksi massal (mass production). Perubahan dari masyarakat agraris
menjadi masyarakat industri boleh dibilang jadi komplit.
Revolusi
Industri 3.0
Setelah mengganti tenaga otot dengan uap, lalu produksi
paralel dengan serial, perubahan apa lagi yang bisa terjadi di dunia industri?
Faktor berikutnya yang diganti adalah manusianya. Setelah revolusi industri
kedua, manusia masih berperan amat penting dalam produksi barang-barang,
seperti udah disebutkan sebelumnya, ini adalah era industri! Revolusi industri
ketiga mengubahnya. Setelah revolusi ini, abad industri pelan-pelan berakhir,
abad informasi dimulai. Kalau revolusi pertama dipicu oleh mesin uap, revolusi
kedua dipicu oleh ban berjalan dan listrik, revolusi ketiga dipicu oleh mesin
yang bergerak, yang berpikir secara otomatis: komputer dan robot.
Komputer semula adalah barang mewah. Salah satu
komputer pertama yang dikembangkan di era Perang Dunia 2 sebagai mesin untuk
memecahkan kode buatan Nazi Jerman, yaitu komputer yang bisa diprogram pertama
yang bernama Colossus adalah mesin raksasa sebesar sebuah ruang tidur. Tidak
punya RAM, dan tidak bisa menerima perintah dari manusia melalui keyboard,
apalagi touchscreen, tapi melalui pita kertas. Komputer purba ini juga
membutuhkan listrik luar biasa besar: 8500 watt! Namun kemampuannya gak ada
sepersejutanya smartphone yang ada di kantong kebanyakan orang Indonesia saat
ini.Namun, kemajuan teknologi komputer ngebut luar biasa setelah perang dunia
kedua selesai. Penemuan semi konduktor, disusul transistor, lalu integrated
chip (IC) membuat ukuran komputer semakin kecil, listrik yang dibutuhkan
semakin sedikit, sementara kemampuan berhitungnya terbang ke langit.Mengecilnya
ukuran komputer menjadi penting, sebab kini komputer bisa dipasang di
mesin-mesin yang mengoperasikan lini produksi. Kini, komputer menggantikan
banyak manusia sebagai operator dan pengendali lini produksi, sama seperti
operator telepon di perusahaan telepon diganti oleh relay sehingga kita tinggal
menelpon nomor telepon untuk menghubungi teman kita. Proses ini disebut
“Otomatisasi” semuanya jadi otomatis, tidak memerlukan manusia lagi. Artinya,
sekali lagi terjadi penurunan kelangkaan sumber daya manusia, terbebasnya
ribuan tenaga kerja untuk pekerjaan – pekerjaan lain.Seiring dengan kemajuan
komputer, kemajuan mesin-mesin yang bisa dikendalikan komputer tersebut juga
meningkat. Macam-macam mesin diciptakan dengan bentuk dan fungsi yang
menyerupai bentuk dan fungsi manusia. Komputer menjadi otaknya, robot menjadi
tangannya, pelan-pelan fungsi pekerja kasar dan pekerja manual menghilang.
Namun, ini bukan berarti tugas manusia di produksi
bisa digantikan sepenuhnya oleh robot. Pabrik-pabrik mobil semula berpikir
revolusi industri 3.0 ini akan seperti 2.0, di mana produksi paralel diganti
total oleh lini produksi, robot akan secara total diganti oleh manusia.
Pabrik-pabrik mobil di tahun 1990an mencoba mengganti semua pegawai mereka
dengan robot, hasilnya adalah produktivitas malah menurun. Elon Musk mencoba
melakukannya lagi di tahun 2010-an ini di pabrik mobil Teslanya. Sekali lagi,
semua orang menemukan fakta bahwa untuk produksi mobil, kombinasi manusia dan robot-komputer
adalah yang terbaik. Munculnya robot dan komputer menjadi penolong manusia,
bukannya penggantinya.Sekali lagi, revolusi ini mengubah masyarakat.
Negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat
cenderung berubah dari mengandalkan sektor manufaktur, menjadi mengandalkan
sektor jasa seperti bank, studio film, TI, dll. sebagai motor ekonomi mereka.
Mereka berubah dari ekonomi industri menjadi ekonomi informasi.
Karena kemajuan ini juga, terjadilah perubahan dari
data analog menjadi data digital. Misalnya, dari merekam musik menggunakan
kaset menjadi menggunakan CD, dari menonton film di video player menjadi
menggunakan DVD player; dst. Ini terjadi karena komputer itu cuma bisa bekerja
dengan data digital. Karena inilah revolusi industri ketiga ini nama lainnya
adalah “Digital revolution“. Karena revolusi ini juga, video game menjadi
sesuatu yang normal dalam kehidupan kita, menjadi bisnis dengan nilai milyaran,
bahkan trilyunan Dolar. Di sisi negatifnya, digitalisasi, komputerisasi membuat
kejahatan-kejahatan baru muncul: penipuan menggunakan komputer,
Revolusi
Industri 4.0
Konsep “Industri 4.0” pertama kali digunakan di publik
dalam pameran industri Hannover Messe di kota Hannover, Jerman di tahun 2011.
Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide “Industri 2.0” dan “Industri 3.0” baru
muncul, sebelumnya cuma dikenal dengan nama “Revolusi Teknologi” dan “Revolusi
Digital”.Semua revolusi itu terjadi menggunakan revolusi sebelumnya sebagai
dasar. Industri 2.0 takkan muncul selama kita masih mengandalkan otot, angin,
dan air untuk produksi. Industri 3.0 intinya meng-upgrade lini produksi dengan
komputer dan robot. Jadi, industri 4.0 juga pasti menggunakan komputer dan
robot ini sebagai dasarnya. Jadi, kemajuan apa saja yang muncul di dunia
komputer kita akhir-akhir ini? Pertama, kemajuan yang paling terasa adalah
internet. Semua komputer tersambung ke sebuah jaringan bersama. Komputer juga
semakin kecil sehingga bisa menjadi sebesar kepalan tangan kita, makanya kita
jadi punya smartphone. Bukan cuma kita tersambung ke jaringan raksasa, kita
jadinya SELALU tersambung ke jaringan raksasa tersebut. Inilah bagian pertama
dari revolusi industri keempat: “Internet of Things” saat komputer-komputer
yang ada di pabrik itu tersambung ke internet, saat setiap masalah yang ada di
lini produksi bisa langsung diketahui SAAT ITU JUGA oleh pemilik pabrik, di
manapun si pemilik berada!
Kedua, kemajuan teknologi juga menciptakan 1001 sensor
baru, dan 1001 cara untuk memanfaatkan informasi yang didapat dari
sensor-sensor tersebut yang merekam segalanya selama 24 jam sehari. Informasi ini bahkan menyangkut kinerja
pegawai manusianya. Misalnya, kini perusahaan bisa melacak gerakan semua dan
setiap pegawainya selama berada di dalam pabrik. Dari gerakan tersebut, bisa
terlihat, misalnya, kalau pegawai-pegawai tersebut menghabiskan waktu terlalu
banyak di satu bagian, sehingga bagian tersebut perlu diperbaiki. Masih ada
1001 informasi lainnya yang bisa didapat dari 1001 data yang berbeda, sehingga
masih ada 1001-1001 cara meningkatkan produktivitas pabrik yang semula tak
terpikirkan. Karena begitu banyaknya ragam maupun jumlah data baru ini, aspek
ini sering disebut Big Data.
Ketiga, berhubungan dengan yang pertama dan kedua,
adalah Cloud Computing. Perhitungan-perhitungan rumit tetap memerlukan komputer
canggih yang besar, tapi karena sudah terhubung dengan internet, karena ada
banyak data yang bisa dikirim melalui internet, semua perhitungan tersebut bisa
dilakukan di tempat lain, bukannya di pabrik. Jadi, sebuah perusahaan yang
punya 5 pabrik di 5 negara berbeda tinggal membeli sebuah superkomputer untuk
mengolah data yang diperlukan secara bersamaan untuk kelima pabriknya. Tidak
perlu lagi membeli 5 superkomputer untuk melakukannya secara terpisah.
Keempat, ini yang sebetulnya paling besar: Machine
learning, yaitu mesin yang memiliki kemampuan untuk belajar, yang bisa sadar
bahwa dirinya melakukan kesalahan sehingga melakukan koreksi yang tepat untuk
memperbaiki hasil berikutnya. Ini bisa dilukiskan dengan cerita “AlphaZero AI”.
Sebelum Machine Learning, sebuah komputer melakukan tugasnya dengan
“Diperintahkan” atau “Diinstruksikan” oleh manusia. Untuk lebih detilnya, lo
bisa baca artikel mengenai Artificial Intelligence.
Mengkombinasikan keempat hal ini artinya perhitungan
yang rumit, luar biasa, dan tidak terpikirkan tentang hal apapun bisa dilakukan
oleh superkomputer dengan kemampuan di luar batas kemampuan manusia.
Kenyataannya tentu saja saat ini belum sekeren itu. Point keempat, yaitu AI dan
Machine Learning, masih amat terbatas untuk tugas-tugas tertentu. Bukan cuma
Indonesia, negara-negara maju seperti Jepang, Jerman, dan Amerika Serikat saja
masih terus menerus memperdebatkan konsekuensi dari revolusi industri keempat ini,
sebab revolusi ini MASIH berlangsung, atau bahkan BARU DIMULAI. Tantangannya
masih banyak. Koneksi internet misalnya, belum universal. Masih ada beberapa
daerah yang tak memiliki koneksi internet, bahkan di Amerika Serikat sekalipun.
Selain itu, koneksi internet berarti munculnya celah keamanan baru. Perusahaan
saingan pasti berusaha mengintip kinerja dan rancangan produksi lewat celah
keamanan komputer pengendali produksi yang kini bisa diakses dari internet.
Penutup
Kita saat ini sedang dalam masa bersejarah, masa saat
revolusi industri keempat sedang dibicarakan, dipersiapkan, diperdebatkan, dan
dimulai. Melihat pola sejarah, akan terjadi perubahan besar di dunia ini.
Jutaan pekerjaan lama yang semula mapan, yang semula diandalkan oleh
kakek-nenek bahkan ayah-ibu kita akan menghilang. Jutaan pekerjaan baru yang
tak terpikirkan oleh kita akan muncul. Jadi, gue sih cenderung optimis soal
ini, ya.
Setiap revolusi industri sebetulnya adalah proses yang
rumit dengan pengaruh luar biasa luas maupun dalam di masyarakat. Artikel yang
gue tulis ini baru menyentuh permukaan setiap revolusi industri, di saat
revolusi industri keempat sedang berlangsung. Jadi, sebenarnya kita masih belum
tahu sejauh mana revolusi industri 4.0 ini akan memberikan dampak bagi peradaban
manusia. Namun, gue mengajak lo semua untuk berspekulasi, dengan basis segala
hal yang terjadi pada ketiga revolusi industri sebelumya, kita bisa menerka apa
yang akan terjadi di masa mendatang.
Komentar
Posting Komentar